“Siapa ya? Apa jangan-jangan Ayah dan Ibu? Tapi kan baru sebentar…
” aku mulai kuatir.
Dengan terburu-buru aku membukakan pintu.
Ternyata di depan pintu
berdiri sosok yang sudah aku kenal, yaitu Herland mantan pacar adikku.
“Halo Teteh! Tadi SMS Herland ya? Maaf ya udah lama gak main nih…” katanya dengan ceria.
“Kirain Herland gak bisa datang? Kok nggak jawab SMS Teteh dulu sih?” tanyaku.
“Emang sengaja Teh. Kan Herland mau ngasih surprise sama keluarga mantan pacar nih…” jawabnya sambil tersenyum cuek.
“Oh gitu? Teteh kirain Herland udah nggak mau lagi main ke rumah…” candaku sambil mempersilakan duduk di ruang tamu.
Herland tersenyum mendengar candaku, mungkin dia juga sudah sangat kangen dengan sikap akrab yang diberikan oleh keluargaku.
“Kok sepi banget sih Teh? Yang lain lagi pada kemana?” tanyanya bingung melihat suasana rumahku yang lengang.
“Sedang ada acara masing-masing tuh. Dewi juga lagi pergi sama
temannya, jadi di rumah cuma ada Teteh doang. Maaf ya Teteh gak kasih
tau Herland sebelumnya. Abisnya Teteh juga udah lama gak ngobrol sama
Herland sih…” aku mencoba menerangkan dan berharap Herland dapat maklum.
Terus terang saja, aku sudah sangat kangen dengan Herland. Ternyata
Herland pun mau mengerti maksudku. Apalagi dia juga sudah menganggap
keluargaku seperti keluarga sendiri, dia saja memanggil namaku dengan
‘Teteh’ berbeda dengan kebanyakan teman-teman Dewi yang memanggilku
dengan ‘Kakak’. Maklum saja keluarga Herland termasuk Broken Home, tapi
tidak berarti dia nakal seperti layaknya anak yang tumbuh tanpa
pengawasan orangtua.
Karena sudah lama aku tidak mengrobrol dengan Herland, kami berbicara
banyak mengenai berbagai hal. Aku juga sempat memperhatikan di usianya
yang menginjak 17 tahun, ia mulai tumbuh sebagai seorang pria dewasa.
Walaupun secara fisik wajahnya yang terbilang biasa saja belum banyak
berubah, tinggi badannya juga masih tidak berbeda denganku, hanya
sekitar 160 cm. Tapi sikapnya yang sekarang sudah jauh lebih dewasa.
Setelah cukup lama mengobrol, aku baru sadar kalau tubuhku dalam
keadaan kotor setelah berberes rumah. Aku kemudian pamit dengan Herland
untuk mandi. Setelah aku selesai mandi dan berpakaian, aku mengajaknya
untuk makan siang bersama. Di saat makan, aku merasa Herland terus
memperhatikan tubuhku yang saat itu memakai kaos putih ketat dan
hotpants warna kulit.
“Huh, dasar cowok! Dimana-mana sama aja…!” omelku dalam hati.
Namun aku bisa memaklumi dia, karena pasti tubuh mungilku saat itu terlihat sangat sexy dan menggiurkan.
“Ada apa Land? Kok ngelamun sih? Lagi mikirin Dewi ya?” aku berpura-pura menanyakan hal lain untuk menyadarkan lamunannya.
“Ah, enggak kok Teh. Dewi kan sekarang udah punya pacar baru…” ujar Herland sekenanya.
“Herland jangan pulang buru-buru yah. Tadi Teteh udah kasih tau ke
Dewi kalau Herland sedang ada di rumah…” kataku berharap supaya Herland
dapat lebih lama di sini.
“Iya deh Teh. Herland juga mau di sini dulu sampe semuanya pulang…” jawabnya.
“Ya udah, Herland nonton TV dulu aja. Teteh mau masuk ke kamar dulu. Mau istirahat sebentar…” lanjutku.
“Ya udah Teh, nggak apa-apa kok. Teteh istirahat aja dulu…” kata Herland.
Setelah pamit ke Herland, aku beranjak masuk ke kamar tidur. Setelah
menutup pintu kamar, aku bercermin. Wajahku terbilang manis, kulit
kuningku juga bersih dan mulus karena sering luluran. Walaupun badanku
mungil, tapi terbilang proporsional.
Bajuku kemudian aku lepas dan
mencopot Bra-ku, karena aku terbiasa tidur tanpa menggunakan Bra.
Kemudian aku memperhatikan payudara milikku yang berukuran kecil namun
kencang, dan tentu saja semakin membuat tubuhku tampak indah, karena
sesuai dengan postur mungilku.
Aku tersenyum sendiri melihat hotpants-ku yang memang membuat aku
tampak sexy. Pantas saja Herland sampai memperhatikan tubuhku seperti
itu.
Aku yang dalam keadaan cukup lelah, merebahkan diriku sebentar di
atas kasur tanpa memakai kaos dan mencoba beristirahat sejenak. Belum
lama beristirahat, aku mendengar suara rintihan dari ruang tengah yang
tepat berada di depan kamarku.
Astaga! Aku baru ingat, itu pasti suara
dari DVD porno yang lupa aku keluarkan tadi.
Apa Herland sedang menyetelnya?
Penasaran, aku pun bangkit dari tempat tidurku, dengan
terburu-buru aku memakai kaos tanpa sempat memakai Bra terlebih dahulu,
kemudian dengan perlahan-lahan aku keluar dari kamarku.
In E-Sim we have a huge, living world, which is a mirror copy of the Earth.
Well, maybe not completely mirrored, because the balance of power in this virtual world looks a bit
different than in real life. In E-Sim, USA does not have to be a world superpower, It can be
efficiently
managed as a much smaller country that has entrepreneurial citizens that support it's foundation.
Everything depends on the players themselves and how they decide to shape the political map of the
game.
Work for the good of your country and
see it rise to an empire.
Activities in this game are divided into several modules.
First is the economy as a citizen in a country of your choice you must work to earn money, which you
will get to spend for example, on food or purchase of weapons which are critical for your progress
as a fighter.
You will work in either private companies which are owned by players or government companies which
are owned by the state.
After progressing in the game you will finally get the opportunity to set up your
own business and hire other players. If it prospers, we can even change it into a joint-stock
company and enter the stock market and get even more money in this way.
In E-Sim, international wars are nothing out of the ordinary.
"E-Sim is one of the most unique browser games out there"
Become an influential politician.
The second module is a politics. Just like in real life politics
in E-Sim are an extremely powerful tool that can be used for your own purposes.
From time to time there are elections in the game in which you will not only vote, but also have the ability
to run for the head of the party you're in.
You can also apply for congress, where once elected you will be given the right to vote on laws
proposed by your fellow congress members or your president and propose laws yourself.
Voting on laws is important for your country as it can shape the lives of those around you.
You can also try to become the head of a given party, and even take part in presidential
elections and decide on the shape of the foreign policy of a given state
(for example, who to declare war on).
Career in politics is obviously not easy and in order to succeed in it, you have to have
a good plan and compete for the votes of voters.
You can go bankrupt or become a rich man while playing the stock market.
The international war.
The last and probably the most important module is military.
In E-Sim, countries are constantly fighting each other for control
over territories which in return grant them access to more valuable raw materials.
For this purpose, they form alliances, they fight international wars, but they also have
to deal with, for example, uprisings in conquered countries or civil wars, which may explode on
their territory.
You can also take part in these clashes, although you are also given the opportunity to lead a life
as a pacifist
who focuses on other activities in the game (for example, running a successful newspaper or selling
products).
At the auction you can sell or buy your dream inventory.
E-Sim is a unique browser game.
It's creators ensured realistic representation of the mechanisms present
in the real world and gave all power to the players who shape the image of the virtual Earth
according to their own.
So come and join them and help your country achieve its full potential.
Invest, produce and sell - be an entrepreneur in E-Sim.
Take part in numerous events for the E-Sim community.